Tuesday, October 30, 2012

Menakertrans: Outsourcing Resmi Dihapuskan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar, menuturkan outsourcing atau alihdaya akan secara resmi dihapuskan pasca keluarnya permenakertrans tentang syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain. Peraturan tersebut rencananya akan keluar Jumat (2/11) mendatang.

"Ke depan, pekerjaan di luar pekerjaan pokok yang dijalankan baik dalam kurun waktu temporer, atau tidak dilaksanakan sendiri, diperbolehkan melalui kontrak langsung antara pekerja dengan pemilik perusahaan atau pemborongan berbagai jenis pekerjaan pada perusahaan lain. Ini mempertegas bahwa pola kerja outsourcing dihapus," kata Muhaimin Senin (29/10).

Muhaimin menuturkan pemerintah memberikan akan memberikan masa transisi penerapan permenakertrans tersebut. "Masa transisi enam hingga 12 bulan untuk menerapkan permenakertrans nanti. Para pengusaha bisa memanfaatkan waktu itu untuk rekrutmen pekerja secara kontrak atau memborongkan pekerjaan pada perusahaan lain," ujar Muhaimin.

Mengenai upah, lanjut Muhaimin, akan dibahas pada awal tahun 2013. "Saat ini sedang menunggu survei dewan pengupahan daerah. Untuk Jabodetabek masih koordinasi agar keputusannya bisa saling sinkron dan tidak ada perbedaan yang signifikan," ujar Muhaimin.

Sumber : republika.co.id

Thursday, October 25, 2012

Aman Menggunakan Media Sosial ala Norton

Tags


Lima puluh empat persen responden yang mengikuti survei Ponemon Institute mengakui bahwa mereka telah kehilangan informasi rahasianya.

Dari jumlah tersebut, sebagian bahkan merasa adanya pelanggaran terhadap kebijakan kerahasiaan perusahaan karena media sosial. Setidaknya sebanyak 52% responden telah melihat adanya peningkatan seranganmalware melalui media sosial .

Tak heran memang jika media sosial dijadikan lahan subur, mengingat banyak settingpengamanan yang lemah kerap dijumpai di sana.

Penjahat maya biasanya mengecek profil kita, posting, dan update status untuk menyerang korbannya. Beberapa penjahat dunia maya bahkan lebih suka menggunakan situs jejaring sosial populer untuk menjalankan penipuan, termasuk cross-site scripting, clickjacking, dan pencurian identitas.

Salah satu trik yang kerap digunakan penjahat cyber untuk menangkap korbannya adalah dengan cara memperpendek URL. Korban yang kurang teliti tentu akan langsung mengeklik link tersebut tanpa menelusuri lebih dahulu kebenarannya.

Untuk menghindari hal tersebut, berikut ini beberapa tips dari Symantec yang dapat digunakan para pengguna jejaring sosial.
Atur setting privasi seketat mungkin.

Mengatur pilihan privasi pada tingkat tertinggi. Jangan menambahkan orang yang tidak anda kenal ke daftar teman.

Pilih password yang kuat dan menjaga mereka aman. Pilih password yang tidak mudah ditebak.Jangan menggunakan password yang sama untuk setiap layanan online. Ubah password secara teratur, setidaknya setiap 90 hari.

Tetap meng-update browser dan sistem operasi. Gunakan perangkat lunak keamanan, seperti NortonInternet Security 2012 atau Norton 360 V6.0 untuk melindungi diri dari pencurian identitas,memberikan pengalaman browsing lebih aman dan serangan virus. Selain itu, anda juga dapat menggunakan perangkat gratis dari Norton yaitu Norton Safe Web untuk Facebook yang memindaidinding user untuk semua link HTML dan memberitahu user jika ada link berbahaya.

Hati-hati ketika mengeklik link dari pengirim yang tidak dikenal. Selain itu, ketika mengklik kewebsite, terbiasalah untuk selalu melihat apa yang muncul pada baris alamat website tersebut.

Nah, jika di dunia nyata Anda memilih mengunci pintu dan jendela rumah agar aman, demikian halnya dengan dunia maya. Jadi, berpikirlah sebelum Anda klik link tak dikenal.

Sumber : infokomputer.com

Monday, October 8, 2012

DPP Turun Gunung, Kaderisasi Gagal?

Tags

Meski memiliki cakupan, wewenang dan tanggung jawab yang lebih terbatas, seringkali persoalan suksesi kepemimpinan partai politik di tingkat daerah mengalami masalah berkepanjangan. Pergantian pimpinan parpol, entah karena habisnya masa jabatan, tersangkut kasus hukum atau bahkan meninggal, seringkali harus melibatkan dewan pimpinan pusat parpol bersangkutan.
DPP ’’terpaksa’’ harus menempatkan orang pusatnya sebagai caretaker atau pelaksana harian. Padahal, orang pusat yang ditempatkan di suatu daerah, seringkali memiliki jabatan atau tugas penting lain yang tidak bisa ditinggal. Karena itu, mau tidak mau mereka harus merangkap jabatan. Tak pelak, hal itu menimbulkan kesan bahwa parpol mengalami krisis kepemimpinan dan kaderisasi.
Tidak adanya sistem kaderisasi dan suksesi kepemimpinan yang rapi juga membuka peluang adanya kompetisi yang tidak sehat, yaitu politik uang. Menunjuk orang pusat menjadi pelaksana harian parpol di daerah, juga dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Namun, menurut Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo, hal itu sifatnya hanya sementara dan bukan karena kaderisasi yang gagal.
"Pelaksana harian sifatnya hanya sementara selama tiga bulan. Tugas Pak M Prakosa adalah melakukan konsolidasi terkait pemilu legislatif, pemilu presiden dan pemilihan kepala daerah. Selain itu, ditunjuknya beliau karena Murdoko sedang diberhentikan sementara sampai ada keputusan hukum tetap," katanya.
Bila Murdoko akhirnya dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan, maka posisinya akan dikembalikan lagi. Namun karena partai harus tetap berjalan, DPP menugaskan pelaksana harian sebagai panglima lapangan. Sejauh ini, Murdoko belum dianggap bersalah oleh partainya. Namun karena proses hukum tidak dapat dipastikan kapan berakhir sementara tugas-tugas kepartaian harus dilaksanakan, ditunjuklah pelaksana harian. Setelah tiga bulan, tugas pelaksana akan dievaluasi kembali. Bisa saja tugas Prakosa diperpanjang atau justru ditentukan ketua baru secara definitif. Sebab, DPP juga akan melihat adakah figur yang nantinya akan ditetapkan sebagai ketua untuk memimpin PDIP di Jawa Tengah.
Terkait penunjukkan Prakosa yang juga merupakan ketua Badan Kehormatan DPR RI, Tjahjo beralasan partainya merupakan satu kesatuan. Dengan demikian, apa yang menyangkut rekomendasi, keputusan, pergantian antarwaktu ataupun sanksi, ada mekanisme yang diatur dalam tata tertib dan AD/ART.
’’Penunjukkan itu tidak melanggar ketentuan. Penunjukkan pelaksana harian adalah untuk menghindari terjadinya tumpang tindih. Apalagi, Jateng adalah daerah yang menjadi basis PDIP,’’ tukasnya.
Namun, peneliti LIPI Siti Zuhro menilai, idealnya pimpinan parpol tidak melakukan rangkap jabatan. Sebab, hal itu hanya akan membuat beban bagi orang yang ditugaskan semakin berat. ’’Rangkap jabatan juga akan akan menimbulkan kerancuan. Selain itu, rangkap jabatan juga tidak efektif,’’ katanya.
Jakarta Sentris
Dia menilai, secara umum parpol di Indonesia masih menerapkan sistem yang top down, senioritas, elitis dan kurang transparan dalam rekrutmen.
Kesulitan dalam mengatasi suksesi di internal partai, khususnya di daerah-sangat, dirasakan. Sebab, partai masih sangat Jakarta sentris, yang menempatkan pimpinan pusat sangat besar. Satu sisi mungkin bisa memberikan dampak positif terhadap relasi yang sifatnya hierarkis. Tetapi di sisi lain, kurang memberikan kewenangan atau otoritas pada pimpinan daerah. Dengan demikian, ada kecenderungan ketergantungan daerah kepada pimpinan pusat yang sangat besar. Padahal, idealnya partai harus menjadi tempat menyemai kader.
Partai, bahkan, harus menjadi gudangnya kader calon pemimpin, baik di legislatif maupun eksekutif. Oleh karena itu, dia menyayangkan bila pemilihan pimpinan partai di semua jenjang masih menggunakan uang. ’’Sayangnya, pemilihan pimpinan partai baik di pusat maupun daerah, semuanya melibatkan uang,’’ keluhnya.
Sementara saat kader sejumlah parpol mulai berkurang, parpol baru justru banyak memperoleh anggota. Hal itu menimbulkan tudingan sementara pihak bahwa parpol baru jor-joran dalam ’’membeli’’ kader. Bahkan, ada pula parpol yang dituding menggaji kader yang mau menjadi pengurus. Namun hal itu dibantah oleh Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Nasonal Demokrat Ferry Mursyidan Baldan. Sebab, menurut dia, partainya tidak pernah menggaji kader yang menjadi pengurus.
Dijelaskan, yang dilakukan DPP hanya memfasilitasi biaya operasional partai. ’’Jadi, tidak ada gaji untuk pengurus partai. Yang ada adalah biaya operasional untuk membangun partai dan pengadaan sekretariat,’’ tukasnya.
Biaya operasional dimaksud adalah mencari/menyewa kantor, tranportasi dan konsumsi. Sebagai partai baru, dia mengakui sulit mengharapkan iuran anggota. Sejauh ini, tim bendahara partai lah yang mengatur biaya operasional agar partainya bisa berjalan.
Oleh karena itu, dia menganggap adanya tudingan bahwa Nasdem menggaji pengurusnya sampai tingkat daerah, sangat berlebihan. Meski demikian, Ferry mengakui bahwa setiap kader Partai Nasdem diikutsertakan dalam asuransi ketika mendaftar. Asuransi tersebut ’’menempel’’ pada kartu anggota. Dengan demikian, ada kebanggaan bagi anggota partai yang memiliki kartu anggota sekaligus tercatat sebagai peserta asuransi. Kalau mereka sakit atau meninggal, maka akan mendapat santunan. Sebab, bagaimanapun juga mereka tercatat sebagai peserta asuransi.
Namun dia membantah, pengasuransian kader partai merupakan upaya untuk merebut dukungan kader partai lain. Sebab Nasdem tidak menyasar kader dari partai lain untuk bergabung. Apalagi, yang menjadi fokus dan target utama adalah mereka yang belum berpartai. Namun bila ada kader parpol lain yang ingin bergabung, dia mempersilakan.
’’Bagaimanapun, kita tidak bisa melarang mereka yang ingin bergabung,’’ jelas mantan fungsionaris Partai Golkar itu. (Saktia Andri Susilo, Wisnu Wijanarko-09)
Sumber : suaramerdeka.com