Friday, February 24, 2012

PDIP Salatiga Usulkan 3 Nama Bakal Calon Gubernur Jateng

DPC PDIP Kota Salatiga mengusulkan tiga bakal calon (balon) Gubernur Jateng kepada DPP PDIP di Jakarta. Kader PDIP Kota Salatiga berharap, DPP bisa memberikan rekomendasi kepada salah satu balon gubernur yang diusulkan dan tidak mengusung balon gubernur dari luar partai.

Tiga balon gubernur yang diusulkan DPC PDIP Kota Salatiga adalah Tjahyo Kumolo (Ketua Fraksi PDIP DPR), Murdoko (Ketua DPRD Jateng), dan Joko Widodo (Wali Kota Solo). DPC PDIP Kota Salatiga mulai menyosialisasikan tiga balon gubernur tersebut kepada masyarakat. Ketua DPC PDIP Kota Salatiga Teddy Sulistyo menyatakan, keputusan mendukung tiga balon gubernur Jateng dari internal partai itu diputuskan dalam rapat DPC.

Untuk itu, DPC PDIP Kota Salatiga bertekat memperjuangkan kader PDIP agar bisa maju dalam bursa Pilgub Jateng 2013.”Banyak pengalaman pahit yang kami terima setelah pilkada. Atas dasar itu,kami akan mendesak DPP mengusung balon kepala daerah dari internal parta,” tandasnya.

Sementara itu, DPK PKPI Kota Salatiga akan all out mendukung Gubernur Jateng incumbent Bibit Waluyo.Ketua DPK PKPI Kota Salatiga PY Parito mengatakan, PKPI mencalonkan Bibit Waluyo karena dianggap sebagai figur pemimpin yang merakyat.

Tulisan di atas adalah berita yang di muat di Koran Sindo, 23 Februari 2012. Partai lain selain PDIP setau saya belum ada yang begitu santer memunculkan nama-nama yang akan diusung di Pilgub Jateng 2013. Sementara itu PAN masih menunggu kepastian UU Pemilu terkait Pilgub. Salah satu fokus yang dilakukan DPW PAN hingga pertengahan 2013 adalah konsolidasi, penataan kader dan kepengurusan hingga tingkat rayon (terbawah). "Kalau omong-omong dengan partai lain, sudah. Tapi tidak etis kami sebutkan, namanya juga belum pasti," kata Wahyu Kristianto Ketua DPW PAN Jateng.

Lalu bagaimana kabar dari Golkar, PKB, dan Demokrat tentang Pilgub Jateng 2013 ?
 



Man Jadda Wajada

Ustaz Salman memasuki ruang kelas. Ia membawa sebilah pedang yang sudah berkarat dan sebatang bambu. Senyum seorang guru menyeringai dari bibirnya yang terlihat bersahabat.

Di depan santri-santri baru yang datang dari berbagai pelosok Indonesia di sebuah pesantren besar di Ponorogo, ia berujar: “Man jadda wajada!” Kelak kata-kata itu identik dengan Alif, eh, Achmad Fuady, penulis buku Negeri 5 Menara yang kini menjadi inspirasi kaum muda Indonesia. Ustaz Salman menjajal pedang tumpul itu untuk memotong bambu.Berat! Sulit! Tapi ia berupaya terus kendati keringat mulai mengucur.Ruang kelas riuh oleh bunyi bambu yang dipancung paksa oleh pedang majal yang harus dibanting-banting berkali-kali ke lantai, sampai akhirnya bambu terpotong dan santri-santri polos terkesima. Ia berteriak, “Man jadda wajada! Sesuatu yang dilakukan bersungguh-sungguh dapat menjadi kenyataan.”

Membebaskan Belenggu

Adegan itu saya saksikan dalam pemutaran perdana film inspiratif Negeri 5 Menara yang diangkat dari novel Achmad Fuadi itu pada hari Selasa (21/2) kemarin.Saya datang ke Gedung XXI-FX Plaza dengan guru-guru PAUD dan taman kanak-kanak asuhan istri saya di Rumah Perubahan. Bagi guru-guru yang biasa mengajar anak-anak kampung, film ini seperti sebuah pelepasan.

Bagi anak-anak kampung, menjelajahi menara-menara dunia adalah sebuah keniscayaan. Tak usah dari Danau Maninjau (tempat asal Alif) ke Ponorogo di Jawa Timur, dari Bekasi ke Monas saja,bagi sebagian anak-anak,adalah suatu keniscayaan. Selain saya,pemutaran perdana itu dihadiri para guru. Apa yang bisa dipelajari para guru dari film ini? Tentu saja setiap orang bisa melihatnya dari sudut pandang yang berbeda- beda. Namun dari guruguru yang ikut bersama saya didapatkan jawaban ini: “Bukan matematika atau sains, juga bukan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, melainkan rasa percaya dirilah yang membawa manusia menemukan menara-menara kehidupannya.

” Saya masih bingung, tetapi akhirnya mereka menjelaskan bahwa masalah terbesar yang dihadapi tunas-tunas bangsa adalah kuatnya belenggu “tidak bisa”dan belenggu “bukan hak saya” yang begitu kuat. Ini belum termasuk belenggu-belenggu karakter seperti mudah terprovokasi, pendendam, merasa benar sendiri, dan seterusnya. Anak-anak tukang ojek atau anak tukang bubur kacang hijau yang orang tuanya harus berkeliling kampung mengumpulkan seribu demi seribu rupiah dengan penuh kesulitan memiliki cara berpikir yang sama seperti burung-burung dara yang sayapnya dijahit supaya tidak bisa terbang jauh.

Dengan sayap-sayap yang terikat itu, mereka tak bisa terbang jauh mengelilingi dunia, apalagi membangun menara-menara bagi kehidupan mereka sendiri. Ustaz Salman membuka kelasnya bukan dengan dogma, teori atau rumus,melainkan dengan pedang tumpul dan berkarat serta sebatang bambu tua yang keras.Yang ia tanamkan adalah sebuah keyakinan positif, meretas belenggu-belenggu virtual yang ada di tiap kepala anak-anak.

Ya,itulah belenggu yang tumbuh menjadi keyakinan kolektif. Itulah masalah besar yang selama ini kita abaikan. Kita beranggapan seolaholah semua tidak ada.Atau bahkan kita berpandangan dengan rumus-rumus sains semua bisa dilupakan? Kalau kita mengabaikannya, kita hanya menciptakan benda-benda tak bergerak. Sama seperti sayap burung yang dijahit.

Sederhanakanlah!

Bagi sebagian guru Indonesia, berlaku adagium,“more is better than less”atau lebih jelasnya “the heavier the better”. Semakin banyak subjek yang diberikan, semakin sulit, semakin takut berarti semakin bagus. Semakin berat pelajaran yang bisa diberikan semakin hebat dirasakan.Asumsi murid pandai bisa mengerjakan rumus- rumus yang berat menjalar ke mana-mana.Dari fisika dan matematika, melebar ke bahasa Inggris dan sejarah. Semua pelajaran ilmu sosial diajarkan dalam bentuk rumus, bukan dalam bentuk pemecahan masalah.

Akibatnya pun begitu luas,kita menyaksikan pemimpin yang tak mampu menggunakan ilmunya dengan baik kendati mereka semua hafal rumusnya. Kita juga menyaksikan pemimpin-pemimpin yang takut dan tak tahu bagaimana caranya membuat keputusan.Mereka hanya bisa mengomentari keputusan orang lain, seakan-akan lebih mengerti dan lebih berpengetahuan. Namun saat diberi kekuasaan, ternyata sama saja.

Bagaimana cara Negeri 5 Menara? Film Negeri 5 Menara menunjukkan ada hal lain yang dibutuhkan anak-anak yang kini melanglang buana dengan prestasi masing-masing, yaitu pentingnya peran guru sebagai pembuka “jahitan”yang membelenggu anak-anak didiknya. Membuka belenggu berarti menyederhanakan banyak hal. Anda tak mungkin membuka belenggu sambil menanamkan belenggu-belenggu lain yang lebih besar.

Anda perlu memilih: mengikat kaki mereka sehingga tak bisa lari atau membukakannya agar mereka bisa melanglang buana. Sudah barang tentu jumlah mata ajaran dan cara mengajar di negeri ini harus diubah,diremajakan, dan disederhanakan. Bukankah sekolah diperlukan untuk manusia dan bukan sebaliknya? 

RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI

Thursday, February 23, 2012

Bebas tidak Bablas

Demokratisasi yang dialami oleh bangsa Indonesia pascareformasi 1998 menimbulkan berbagai perubahan mendasar dan menentukan. Dalam hal kebebasan berekspresi dan berpendapat, media yang selama Orde Baru dikungkung dalam berbagai format aturan dan kontrol penuh dari aparatus negara, kini memasuki era kebebasan pers.

Peringatan Hari Pers Nasional 2012 bagaimanapun merupakan bentuk perayaan dan rasa syukur terhadap anugerah kebebasan pers itu. Sungguh pun dalam beberapa hal kebebasan pers dikatakan belum sepenuhnya terwujud, namun pada praktiknya media kemudian menjelma dari institusi yang dibatasi dan cenderung menjadi corong pemerintah, menjadi institusi yang relatif mandiri dan bebas.

Saat ini tak bisa disangkal lagi pertumbuhannya yang pesat dan beragam membuat media menisbatkan diri menjadi salah satu kekuatan sosial, ekonomi, bahkan politik. Pada kenyataannya pula, keberadaan media ini dapat diibaratkan sebagai pedang yang bermata dua.

Kontrol Media

Tentu saja kita semua setuju kalau media tidak lagi dikontrol kuasa pemerintah yang cenderung hegemonik, manipulatif, dan hanya menginginkan berita yang baik guna mempertahankan legitimasi dan kekuasaan yang sudah diperolehnya. Namun, seiring kebebasan yang diperoleh oleh media sejak reformasi hingga sekarang ini, ternyata fungsi dasar media belum sepenuhnya dijalankan.

Banyak pihak yang bilang kebebasan pers sudah bergeser menjadi kebablasan pers. Beberapa media juga disinyalir cenderung mengejar profit belaka. Misalnya saja, dalam konteks dunia penyiaran, kita masih mudah menemui produk-produk siaran media yangtidak layak tonton. Pilihan sadar atas era kebebasan pers di era re formasi lebih menitikberatkan pada sistem kontrol di internal media itu sendiri.

Setiap media harus memiliki mekanisme sensor mandiri sebagai bentuk bersandingnya kebebasan dan tanggung jawab pers. Kebe bas an bertanggung jawab yang di garansikan kepada media ada lah efek dari dikekangnya media selama kurang lebih 30 tahun. Media yang nyaris tidak mempunyai kekuatan selama era otoriter tersebut kemudian mendapatkan kembali rohnya yang indigenous.

Kembalinya roh media sebagai satu kekuatan sosial, politik, dan ekonomi yang menentukan tersebut akan berbahaya bila tidak dilakukan upaya penyeimbangan dalam bentuk kontrol. Dari mana? Pertama-tama dari dalam media itu sendiri, kemudian dari masya rakat, juga lembaga berwenang yang mewakili publik.

KPI sebagai lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat akan dunia penyiaran berada pada posisi ini. Namun, KPI tidak memiliki kewenangan kontrol dalam arti melakukan sensor dan penghakiman terhadap program sebelum disiarkan.

Catatan pentingnya, kontrol tidak bermaksud membungkam ke bebasan pers, tetapi menyeimbangkan kebebasan itu dengan tanggung jawab dalam satu kesa tuan yang solid. Karena kebebasan yang tidak disertai tanggung jawab tinggi, akan berpotensi men jadi kebablasan.

Dalam dunia penyiaran, khu sus nya televisi, praktik penyiaran sesuai nuansa demokratis dan undang-undang yang baru telah menjamin dan mengatur kebebas an media untuk tumbuh dan hi dup merdeka. Perizinan tidak fair di zaman dulu yang merupa kan alat kontrol ampuh oleh penguasa untuk membungkam daya kritis media kini tidak lagi ber laku.

Siaran yang dipancarkan oleh media kini le bih variatif, kritis, dan bebas me nyuarakan apa pun yang terjadi tanpa takut akan cekal, la rang an, hingga pembre del an. Dari sini lah self control me dia dalam menyeleksi, menge dit, hingga menyiarkan berita yang layak dan pantas disiarkan menjadi penting dan harus menja di nilai, karakter, dan budaya kor porat di media penyiaran kita.

Dengan adanya nilai-nilai yang dipegang erat tersebut itu, profesionalitas media menjadi barome ter penting media dalam men ja lan kan fungsinya. Rumusan nilai-nilai itu telah terangkum da lam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) KPI yang menjadi acuan bagi media penyiaran untuk melakukan sensor mandiri.
Hal itu sangatlah mungkin bila mau dilakukan. Sangat bergantung pada kedewasaan dan kematangan serta profesionalitas awak media. Contoh yang paling konkret, saat terjadi bencana tsu nami Jepang, kita tidak menyaksikan media di sana menampilkan sosok mayat korban yang menge nas kan. Padahal, korban me ning gal dan hilang dalam peristiwa itu mendekati 30 ribu orang.

Jadi, media saat ini tidak lagi diawasi secara ketat dan dikung kung dalam berbagai aturan yang mengerangkeng kebebasan. Di era sekarang, media adalah institusi yang bebas dan aman dari kontrol dan ancaman negara, namun selayaknya mempunyai kemampuan self control yang selaras dan searah dengan kebebasannya.

Dengan demikian, produk siaran yang ditampilkan oleh lembaga penyiaran pun secara sadar sudah diseleksi oleh internal media sebelum dilempar ke khalayak.

Program siaran dan mata acara apa pun yang disiarkan oleh media adalah produk yang sudah dianggap lolos dan sudah sesuai dengan kaidah undang-undang yang berlaku, serta cocok dengan standar konsumsi khalayak.

Bila self control ini berjalan baik, rating yang selama ini menjadi tuhan bagi industri media, kemudian tidak lagi menjadi sesuatu hal yang utama dan menjadi nomor satu untuk dikejar sehingga meniadakan fungsi media yang lain, yang sebetulnya lebih pen ting. Fungsi-fungsi media yang lebih urgen, yaitu fungsi mendidik, mencerdaskan, sebagai pemberi informasi, dan seabreg fungsi mulia media yang lainnya kemudian tidak lagi dinomorduakan.

Rating —yang merupakan sesuatu yang lumrah dan bernilai ekonomis untuk dikejar oleh para pelaku industri media— harus seimbang dengan konten dari siaran itu sendiri. Konten yang ada dalam setiap program yang disiarkan oleh media di samping tetap mengandung nilai rating yang tinggi, juga memenuhi kaidah aturan yang berlaku harus juga bercita rasa publik alias disukai.
Sesungguhnya, kunci sukses media penyiaran tidak hanya jorjoran mengejar rating belaka, tetapi juga didukung daya kreatif yang tinggi serta kemampuan membaca selera khalayak.

Bebas plus

Media di era sekarang amat berbeda dengan media di zaman yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik kekuasaan pemerintah. Dengan aturan pendirian media yang sepihak dan bernuansa KKN, menambah karutmarutnya fungsi dan peran media waktu itu. Situasi ini didorong era reformasi dan seiring dengan tuntutan agar media bisa independen, bebas, dan bisa menjadi salah satu alat kontrol sosial yang efektif dan berdiri secara bebas.

Sungguh pun demikian, media hari ini sesungguhnya tidak bisa lepas dari kekuasaan ekonomi dan politik yang ada. Tetap saja ada relasi kuasa di antara keduanya yang saling berkelindan memengaruhi posisi dan peran media, utamanya media penyiaran televisi.

Namun, kita harus tetap terus berupaya untuk menciptakan media yang diharapkan, yaitu bisa secara penuh dan seimbang menjalankan fungsi dasar media, sekaligus menaati aturan main yang telah disepakati dan memperhatikan kepentingan terbaik pemirsa.

Media yang kemudian kita impikan adalah media yang bebas menjalankan fungsinya tanpa takut akan tekanan dan kelompok tertentu, tapi pada saat yang sama mengerti dan menyadari kalau kebebasannya bukan mutlak tanpa batas. Media bukan pula semata-mata untuk mencapai kepentingannya, apalagi sekadar mengejar keuntungan ekonomi dan bisnis semata.

Media yang diharapkan adalah media yang sadar akan fungsi dan perannya secara utuh, sekaligus menyadari dan melaksanakan tanggung jawabnya secara penuh. Sulit memang, tapi bukan sesuatu yang mustahil.

Sumber : koran republika 13 februari 2012

Wednesday, February 22, 2012

Microsoft Perpanjang Dukungan Terhadap Windows Vista dan 7

alt

Baru-baru ini Microsoft mengumumkan akan memperpanjang dukungan terhadap sistem operasi mereka hingga 5 tahun kedepan. Dukungan ini berlaku pada Windows Vista dan 7 semua edisi dengan menggunakan service pack terbaru.

Sebelumnya Microsot telah berkomitmen bahwa dukungan security updates maupun hotfixes hanya akan dilakukan selama lima tahun kedepan terhitung setahun setelah dirilisnya sistem operasi tersebut.

Lima tahun pertama tersebut dikenal dengan istilah Mainstream Support, sedangkan lima tahun tambahan berikutnya disebut dengan Extended Support.


Khusus pada masa Extended Support, nantinya Microsoft akan menyediakan patch keamanan bagi konsumen secara umum. Tapi layanan perbaikan hanya akan ditawarkan pada organisasi yang telah terikat kontrak dengan Microsoft.

Menurut Computerworld.com, dengan tambahan 5 tahun berikutnya, berarti Windows Vista yang tadinya akan berakhir pada 10 April 2012 ini, akan bertahan hingga 11 April 2017. Sedangkan Windows 7 juga akan diperpanjang hingga 14 Januari 2020 dari jadwal semula yaitu 13 Januari 2015.

Sedangkan untuk Windows 8 sendiri belum diberikan penjelasan secara rinci karena rilis versi finalnya pun masih beberapa bulan lagi. Namun jika mengikuti kebijakan yang sama, maka diperkirakan dukungan terhadap Windows 8 nantinya akan berakhir pada awal tahun 2023.

Sementara itu pengguna Windows XP sepertinya akan kecewa karena dukungan untuknya tetap akan dihentikan pada tahun 2014. Nantinya ketersediaan security patch maupun hotfixes dan hanya menyediakannya secara terbatas untuk pihak tertentu saja.

Sumber : infokomputer.com

Penolakan Relokasi Pedagang Pasar Kobong ke RPU Penggaron




Hari ini, Rabu 22 Februari 2012 Pedagang Pasar Rejomulyo atau yang lebih sering disebut Pasar Kobong melakukan demonstrasi menolak relokasi ke RPU Penggaron.

Latar belakang pemindahan

Keputusan pengoptimalan RPU Penggaron tidak semata kemauan Pemkot, tapi juga didukung oleh DPRD. Terbukti usulan pembangunan tempat tersebut telah disetujui. Terpenting, dalam penataan ruang Kota Semarang yang termaktub dalam Perda RTRW telah menjadikan RPU Penggaron sebagai salah satu pasar yang akan ditingkatkan kualitasnya.


Keluhan warga di sekitar Pasar kobong mengenai kondisinya yang kumuh dan bau karena aktivitas pemotongan unggas juga menjadi salah satu alasan mengapa aktivitas pemotongan unggas perlu dipindahkan.

Alasan Penolakan

Sementara di pihak pedagang, sebagian merasa keberatan dengan pemindahan lokasi tersebut. akses jalan yang sulit dan sepi menjadikan mereka enggan untuk pindah ke Penggaron. Dinas Pasar sudah menjanjikan adanya perbaikan akses jalan masuk , penerangan jalan dan sarana penunjang yang lain. Namun hal ini masih belum mampu membujuk pedagang untuk pindah.

Belakangan muncul kabar tentang Pasindra (Peruntukkan Pasar Induk Raharja) yang dijadikan tempat pemotongan unggas. Pasar yang berlokasi di Kelurahan Terboyo Kulon Kecamatan genuk ini seyogyanya adalah pasar induk yang menjual hasil bumi. jadi bisa disimpulkan bahwa aktivitas pemotongan unggas di Pasindra menyalahi aturan.

Menyikapi hal ini Komisi B akhirnya mengeluarkan rekomendasi Rekomendasi itu soal penutupan usaha pemotongan unggas di Pasindra, dan relokasu seluruh pedagang ke RPU Penggaron.
apa yang direkomendasikan Komisi B ini menindaklanjuti RPJMD yang mengamanatkan perlunya sentralisasi unggas guna mencegah dan mempermudah pengawasan penyakit unggas yang bisa menular ke manusia. Selain itu Perda No 6 Tahun 2006 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) menyatakan semua usaha unggas, khususnya pemotongan, harus melalui kajian dan perizinan. 



Relokasi Pasar kobong ini memang terbilang alot, berbeda dengan relokasi Pasar Sampangan yang berjalan lancar. Pedagang memindahkan sendiri barang dagangannya ke lokasi Pasar yang baru, bahkan ketika hendak dikawal oleh Polisi dan Satpol PP, mereka menolaknya. Mereka tidak ingin ada kesan pemaksaan oleh pihak Satpol PP.

Kembali lagi ke masalah Relokasi pedagang pasar kobong ke RPU Penggaron, sepertinya belum ada pemahaman pedagang tentang aktivitas pemotongan unggas. Bisa dilihat di foto spanduk,  "Kami sudah pindah dari pasar Kobong, kenapa masih di obong-obong". Mereka berpikir bahwa Pemkot hanya menginginkan mereka pindah dari Pasar Kobong, dan mereka berhak pindah ke mana saja. Padahal Pemkot berusaha memusatkan aktivitas pemotongan unggas di RPU Penggaron. Tujuannya jelas, agar mempermudah pengawasan penyakit unggas, dan mencegah masuknya penyakit yang ditularkan unggas kepada manusia.

bersambung...




Monday, February 20, 2012

Logo Windows 8 Kembali ke "Akar"



Dalam sistem operasi Windows 8, Microsoft tidak hanya memajang antarmuka baru bergaya Metro. Logo anyar pun telah secara resmi mereka perkenalkan lewat sebuah posting di blog resmi Windows.

Dengan warna default biru muda, logo baru ini disebut-sebut mencerminkan prinsip-prinsip desain antarmuka Metro khas Windows 8. Hal ini terlihat dari pemilihan bentuk empat kotak (tile) dengan perspektif horizontal (tilt), sesuai dengan gaya Metro yang nantinya juga bakal didominasi kotak-kotak untuk mengelompokkan menu.

Logo dan tulisan Windows 8 ini pun tampak memiliki garis-garis dan tipografi yang tegas, tidak lagi “berkibar” seperti logo Windows 3.1, XP, Vista, dan 7.

Keputusan ini dipengaruhi oleh pertanyaan yang diajukan Paula Scher (anggota tim desainer Pentagram yang merancang logo ini), “Nama Anda [sistem operasi ini] adalah Windows. Mengapa [logo Anda] tampak seperti bendera?”

Tim desain Pentagram lalu berdiskusi bersama desainer Windows dan tim pemasaran Microsoft dan berbagi mengenai filosofi desain antarmuka Metro. Mereka lalu memutuskan untuk mengembalikan logo Windows ke “akar”, seperti halnya logo Windows 1.0 saat pertama kali diciptakan tahun 1985.





“Kami ingin logo baru ini terasa modern dan klasik sekaligus dengan menggaungkan International Typographic Style (dikenal juga dengan Swiss Design) yang telah memengaruhi filosofi desain Metro,” papar Sam Moreau (Principal Director of User Experience for Windows).

“Tujuan akhir kami adalah menciptakan logo yang tampak rendah hati tapi tetap percaya diri. Warnanya pun bisa diubah untuk merefleksikan diri Anda,” pungkas Sam.

Microsoft belum mengumumkan secara pasti tanggal peluncuran Windows 8. Sejauh ini, baru tersedia versi Developer Preview yang sudah dirilis sejak September 2011. Rencananya, versi Consumer Preview/Public Beta akan dipamerkan pada ajang Mobile World Congress di Barcelona, Spanyol, 29 Februari nanti.

Sumber : infokomputer.com

Wednesday, February 8, 2012

Chrome for Android Sudah Bisa Diunduh


Akhirnya Google meluncurkan browserChrome for Android Beta. Anda sudah bisa mengunduhnya di Android Market. Hanya saja browser besutan Google tersebut sementara ini hanya untuk tablet dan smartphone yang menjalankan Android 4.0 atau Ice Cream Sandwich.


Banyak pengguna smartphone maupun tablet sekarang yang menggunakan Browser, yaitu browser bawaan Android. Di samping itu sebagian juga menggunakan browser dari pihak ketiga yaitu Dolphin dan Opera.


Chrome untuk desktop saat ini sudah terkenal dengan kecepatannya. Apakah Chrome for Android juga memiliki kelebihan itu? "Seperti pada versi desktop, Chrome for Android Beta difokuskan pada kecepatan dan kesederhanaan," kata Sundar Pichai, Google's Senior VP of Chrome and Apps.

Chrome for Android juga menggunakan engine JavaScript yang sama dengan yang digunakan pada versi desktop. Selain itu, menurut Pichai, Chrome for Android ini memiliki fitur sinkronisasi (sync) dengan Chrome yang Anda gunakan di desktop atau notebook.


Chrome for Android dikembangkan dari awal, bukan sekedar porting dari versi desktop. Sehingga, menurut Pichai, tampilannya akan serasi pada layar kecil smartphone atau layar tablet. Tab juga didesain ulang sehingga pengguna dapat beralih di antara tab dengan cara men-swipe layar, di mana setiap tab menampilkan satu website. Bookmark dan tab dapat disinkronisasi dengan Chrome desktop.


Mengenai privasi, menurut Pichai, sudah dipikirkan sejak awal. Misalnya pada Chrome for Android ada mode "penyamaran" untuk private browsing. Menunya pun mudah diakses, yaitu dengan tap Setting kemudian Privacy.


Seperti pada Chrome desktop, Chrome for Android tidak mendukung Flash Player. Untuk sementara ini, Chrome extensions juga belum didukungnya.

Sumber : infokomputer.com

Tuesday, February 7, 2012

Aturan main Pilgub 2013 Segera diumumkan

Ajang pemilihan Gubernur pada 2013 kemungkinan masih menggunakan peraturan lama, UU No 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua UU No 32 tahun 2004, yakni Pemilihan langsung. dan saat ini KPUD Jateng mulai menyusun regulasi tentang tahapan Pemilihan Gubernur Jawa Tengah tahun 2013.
Bulan April mendatang regulasinya sudah bisa dipublikasikan.
Dalam Pemilihan Gubernur sebelumnya pemilu Bersama hanya dilakukan untuk Pilgub dan Pemilukada Kabupaten Temanggung, namun untuk tahun 2013 akan ditambah satu daerah, yakni Kabupaten Kudus..
Ida Budhiati, Ketua KPU Jateng menyatakan, "Dulu ketentuannya masa jabatan kepala daerah yang habis dengan rentang 60 hari baru bisa dibarengkan, kalau sekarang terjadi perubahan yakni 90 hari. Sehingga nanti 2013 ada pemilihan bupati dan wakil bupati Kudus dan Temanggung serta Pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur yang dibarengkan"

Wednesday, February 1, 2012

Mega Bazaar Computer


Awal tahun ini bagi siapa saja yang pekerjaan maupun hobinya berhubungan dengan komputer tentu sudah menantikan Pameran komputer yang biasa diselenggarakan di kota-kota besar. Dari informasi yang saya dapatkan, pada tahun ini yang akan mengawali event itu adalah Mega Bazaar Computer yang diselenggarakan Dyandra Promosindo.

Nah, untuk Kota Semarang... Mega Bazaar Computer akan diselenggarakan tanggal 2 - 6 maret 2012 bertempat di Java Mall. Untuk Yogyakarta akan diadakan mulai 3 Maret hingga 7  Maret 2012 di Jogja Expo Center. info lebih lengkap bisa kunjungi situs ini http://www.megabazaarcomputer.com/2012/index.php?kota=jakarta&go=home

Seiring dengan meningkatnya jumlah Golongan Kelas Menengah di Indonesia, maka event semacam ini selalu ramai pengunjung. Tak jarang event ini mencatatkan transaksi penjualan yang fantastis, artinya kebanyakan orang lebih suka untuk membeli Komputer dan produk IT lainnya di pameran komputer daripada membelinya di toko komputer. Bahkan karena seringnya diadakan pameran komputer dari berbagai pihak, saya dan beberapa teman  seringkali  malas untuk pergi ke toko komputer, mereka lebih memilih untuk menunggu diselenggarakannya Mega Bazaar Computer atau event lain yang sejenis.

Toko komputer yang masih dalam tahap pengembangan dan belum berani ikut Pameran menurut saya agak kesulitan untuk meraup untung dari penjualan. Kemungkinan besar mereka bertahan dengan mengandalkan keuntungan dari jasa service. Bayangkan saja, Install ulang OS untuk satu notebook saja dihargai sekitar 40-50rb, padahal dalam sehari bisa 3-5 PC yang masuk. lumayan kan..

Kembali lagi ke soal ramainya pengunjung di pameran komputer, selain banyak dijejali oleh orang-orang berduit, di sana juga biasa dipenuhi oleh orang-orang yang tak mau ketinggalan perkembangan dunia IT. Jadi meskipun tidak beli apa-apa, tidak ada salahnya anda berkunjung ke sana. biar ngga' gaptek...